PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis Titik Impas (Break Even
Point/BEP)[1]
Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan
suatu produk, baik barang maupun jasa, perusahaan terkadang perlu terlebih
dahulu merencanakan berapa besar laba yang ingin diperoleh. Artinya dalam hal
ini besar laba merupakan prioritas yang harus dicapai perusahaan, di samping
hal-hal lainnya. Agar perolehan lebih mudah ditentukan, salah satu caranya
adalah perusahaan harus mengetahui terlebih dulu mengetahui berapa titik
impasnya. Artinya perusahaan beroperasi pada jumlah produksi atau penjualan
tertentu sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian.
Analisis titik impas atau analisis pulang
pokok atau dikenal dengan nama analisi Break Even Point (BEP) merupakan salah
satu analisis keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan
perusahaan. Analisis titik impas sering disebut analisis perencanaan laba
(profit planning). Analisis ini biasanya sering digunakan apabila perusahaan
ingin mengeluarkan suatu poduk baru. Artinya dalam memproduksi produk baru
tentu berkaitan dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan, kemudian penentuan
harga jual serta jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau dijual ke
konsumen.
Analisis BEP digunakan untuk mengetahui pada
titik berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya. Atau perusahaan beroperasi dalam kondisi
tidak laba dan tidak rugi, atau laba sama dengan nol. Melalui titik BEP,
kita akan dapat mengetahui bagaimana hubungan antara biaya tetap, biaya
variabel, keuntungan dan volume kegiatan (penjualan atau produksi). Oleh karena
itu, analisis ini juga sering disebut dengan nama cost profit volume
analysis.
Analisis BEP juga memberikan pedoman tentang
berapa jumlah produk minimal, yang harus diproduksi atau dijual. Tujuannya
adalah agar perusahaan mampu memperoleh keuntungan yang maksimal. Artinya
dengan memproduksi sejumlah barang dengan kapasitas produksi yang dimilikinya,
perusahaan akan tahu batas minimal yang harus dijual dan keuntungan maksimal
yang diperoleh apabila diproduksi secara penuh.
Jumlah produk yang akan dijual akan berkaitan
erat dengan biaya yang dikeluarkan. Pada akhirnya biaya-biaya ini menjadi
penentu terhadap harga jual perusahaan. Besar kecilnya biaya sangat berpengaruh
terhadap harga jual, demikian pula sebaliknya, oleh karena itu, salah satu
kegunaan analisis titik impas adalah untuk menentukan biaya-biaya yang
dikeluarkan dan jumlah produksi. Dengan demikian, akan dapat diketahui berapa
jumlah yang layak untuk dijalankan.
Manfaat lain analisis titik impas adalah untuk
membantu manajer mengambil keputusan dalam hal aliran kas, jumlah permintaan
(produksi), dan penentuan harga suatu produk tertentu. Intinya, kegunaan
analisis ini adalah untuk menetukan jumlah keuntungan pada berbagai tingkat
penjualan.
B.
Tujuan
Analisis Titik Impas / BEP[2]
Penggunaan
analisis titik impas bagi perusahaan memberikan banyak manfaat. Secara umum
analisis titik impas digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan dalam
perencanaan keuangan, penjualan dan produksi. Dari uraian di atas sebelumnya,
jelas bahwa terdapat beberapa keuntungan bagi para manajer dalam mengambil
keputusan apabila mengetahui hasil analisis titik impas. Misalnya dengan
informasi tersebut, manajer mampu meminimalkan kerugian, memaksimalkan
keuntungan dan memprediksi keuntungan yang diharapkan.
Penggunaan
analisis titik impas memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1.
Mendesain
spesifikasi produk
2.
Menentukan
harga jual persatuan
3.
Menentukan jumlah
produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian
4.
Memaksimalkan
jumlah produksi
5.
Merencanakan
laba yang diinginkan, dan
6.
Tujuan
lainnya.
Dalam
mendesain suatu produk diperlukan suatu pedoman yang memberi arah bagi
manajemen untuk megambil keputusan yang berhubungan denga biaya dan harga.
Analisis titik impas memberikan perbanfingan antara biaya dengan harga untuk
berbagai desain sebelum spesifikasi produk diterapkan. Hal ini disebabkan biaya
sangat besar pengaruhnya terhadap harga. Dengan analisis titik impas, kita
dapat menguji terlebih dahulu kelayakan suatu produk.
Penentuan
harga jual per satuan penting agar harga jual yang dapat diterima pelanggan. Di
samping pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan, harga jual juga terkait dengan
pihak pesaing yang memiliki produk yang sejenis. Jika penentuan harga jual yang
tidak realistis, perusahaan tidak akan mampu menutupi semua atau sebagian biaya
yang akan dikeluarkan. Demikian pula jika melebihi harga jual dari pesaing dan
tidak diimbangi dengan kualitas dan pelayanan, perusahaan juga tidak akan mampu
memaksimalkan penjualan seperti yang telah ditentukan.
Maksud
penentuan harga produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian
adalah agar perusahaan mampu menentukan batas produksi dalam kondisi tidak rugi
dan tidak laba dari kapasitas produksi yang dimilikinya. Dengan demikian, akan
memudahkan perusahaan untuk mempertimbangkan apakah harga jual sudah layak jika
dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan dan kapasitas produksi yang dimiliki.
Arti
memaksimalkan jumlah produksi adalah dengan analisis titik impas, kita akan
mengetahui apakah jumlah produksi sudah maksimal atau belum. Tujuannya adalah
agar jangan sampai ada kapasitas produksi yang menganggur. Kemudian perusahaan
juga mampu menjaga agar berproduksi secara efisien.
Arti
menentukan perencanaan laba yang diinginkan adalah manajemen mampu merencanakan
laba yang diinginkan dengan kapasitas produksi yang dimiliki tentunya. Besarnya
laba dapat kita ukur dari batas minimal produk atau total rupiah yang
diproduksi, kemudian mampu merencanakan atau menentukan jumlah keuntungan
setiap unit produksi yang dijual.
Disamping
memiliki tujuan dan mampu memberikan manfaat yang cukup banya bagi pemimpin
perusahaan, analisis BEP juga memiliki kelemahan. Kelemahan analisis BEP mau
tidak mau pasti ada dan tidak dapat dihindari.
Berikut ini beberapa kelemahan dari analisis
titik impas :
1.
Perlu asumsi
Artinya
analisis titik impas membutuhkan banyak asumsi, terutama mengenai hubungan
antara biaya dengan pendapatan. Padahal terkadang asumsi yang digunakan sudah
tidak sesuai dengan realita yang terjadi ke depan.
2.
Bersifat
statis
Artinya
analisis ini hanya digunakan pada titik impas tertentu, bukan pada suatu
periode tertentu.
3.
Tidak
digunakan untuk mengambil keputusan akhir
Analisis
BEP hanya baik digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat
dilakukan.
4.
Tidak
menyediakan pengujian aliran kas yang baik
Artinya
jika aliran kas telah ditentukan melebihi aliran kas yang harus dikeluarkan,
proyek dapat diterima dan hal-hal lainnya dianggap sama.
5.
Hubungan
penjualan dan biaya
Hubungan
penjualan dan biaya adalah dalam hal biaya, jika penjualan dilakukan dalam
kapasitas penuh tapi memerlukan tambahan penjualan, akan ada tambahan biaya
tenaga kerja atau upah yang mengakibatkan naiknya biaya variabel dan jika
diperlukan tambahan peralatan atau pabrik. Maka, biaya tetap juga akan meningkat.
6.
Kurang
memperhatikan resiko-resiko yang terjadi selama masa penjualan
Artinya
selama masa penjualan begitu banyak resiko yang mungkin dihadapi, misalnya
kenaikan harga bahan baku, yang akan berpengaruh terhadap harga jual dan pada
akhirnya akan berpengaruh kepada jumlah penjualan secara keseluruhan, baik unit
maupun rupiah.
7.
Pengukuran
kemungkinan penjualan
Artinya
jika hendak membuat grafik pulang pokok yang didasarkan kepada harga penjualan
yang konstan, untuk melihat kemungkinan laba pada berbagai tingkat harga harus
dibuatkan semua seri grafik tiap tingkat harga.
Namun,
meskipun analisis titik impas mempunyai banyak kelemahan, manajemen masih dapat
menggunakannya sebagai salah satu alat perencanaan keuangan, terutama
perencanaan laba, produksi maupun perencanaan penjualan ke depan. Hanya saja
bagaimana perusahaan dapat melihat kelemahan di atas sebagai bahan koreksi atau
pertimbangan lain dalam menentukan kebijakannya.
C. Asumsi dan
Keterbatasan Analisis Titik Impas[3]
Asumsi dan
beberapa keterbatasan analisis titik impas sebagai berikut:
1.
Penentuan
biaya
Dalam analisis titi impas hanya digunakan dua
macam biaya, yaitu: biaya tetap dan biaya variabel. Artinya, kita harus
memisahkan dahulu komponen antara biaya tetap dan biaya variabel. Yaitu dengan
mengelompokkan biaya tetap di satu sisi dan mengelompokkan biaya variabel di
sisi lain.
Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan
melaui dua pendapatan sebagai berikut:
a.
Pendekatan
analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan unsur biaya yang
terkandung satu per satu dari biaya yang ada, beserta sifat-sifat dari biaya
tersebut.
b.
Pendekatan
Historis. Yang harus dilakukan adalah dengan memisahkan biaya tetap dan
variabel berdasarkan angka-angka dan data biaya masa lampau.
2.
Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang secara total
tidak mengalami perubahan walaupun ada perubahan volume produksi atau
penjualan. Contoh biaya tetap adalah, seperti gaji, penyusutan aktiva tetap,
sewa atau biaya kantor dan biaya tetap lainnya.
3.
Biaya Variabel
Biaya variable merupakan biaya yang secara
total berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan.
Contoh biaya variable, biaya bahan baku, upah buruh langsung, dan komisi
penjualan biaya variabel lainnya.
4.
Harga Jual
Harga jual maksudnya dalam analisis ini hanya
digunakan unuk satu macam harga jual.
5.
Tidak ada
perubahan harga jual
Artinya, diasumsikan harga jual persatuan
tidak dapat berubah selama periode analisis.
D. Rumusan yang Digunakan[4]
Dalam
praktiknya dalam menentukan titik impas dapat digunakan beberapa rumusan.
Berikut ini beberapa model rumus yang dapat
digunakan dalam analisis titik impas, yakni:
1.
Dengan Rumus
Matematik
a.
Analisis titik
impas dalam unit
FC
BEP =-------
P- VC
Di mana:
BEP = analisis titik impas (break even point)
FC = biaya tetap
VC = biaya variabel persatuan
P =
harga jual persatuan
S =
jumlah penualan
b.
Analisis titk
impas dalam rupiah
FC
BEP = -------
P-VC
1 - -----
Contoh Kasus:
PT Sumber
Mulyo bergerak di bidang alat perkakas gergaji dan memiliki data sebagai
berikut:
1.
Kapasitas
produksi yang mampu dipakai adalah 100.000 unit mesin gergaji.
2.
Harga jual persatuan
diperkirakan Rp 5000,-/unit.
3.
Total biaya
tetap sebesar Rp 150.000.000,- dan total biaya variabel sebesar Rp 250.000.000,-
Perincian
masing-masing biaya adalah:
1.
Biaya tetap
(vixed cost):
-
Overhead
pabrik Rp
60.000.000,-
-
Biaya
distribusi Rp
65.000.000,-
-
Biaya administrasi dan umum Rp
25.000.000,-
Total biaya tetap Rp
150.000.000,-
2.
Biaya Variabel
(Variabel Cost):
-
Biaya bahan
langsung Rp
70.000.000,-
-
Biaya tenaga
kerja langsung Rp 85.000.000,-
-
Overhead
pabrik Rp
20.000.000,-
-
Biaya
distribusi Rp
45.000.000,-
-
Biaya administrasi dan umum Rp 30.000.000,-
Total biaya variabel Rp
250.000.000,-
Pertanyaan:
Anda diminta untuk mencari titik impas baik dalam unit maupun
rupiah, dengan menggunakan rumus di atas.
Jawab:
Kapasitas produksi 100.000 unit x Rp 5000,- = Rp 500.000.000,-
150.000.000,-
Biaya tetap
unit = -------------------------- = Rp 1500,-/unit
100.000,-
250.000.000,-
Biaya variabel
unit =-------------------------- = Rp 2500,-/unit
100.000,-
Ringkasan budget laba rugi sbagai berikut:
Total penjualan 100.000 unit x Rp 5.000,- = Rp 500.000.000,- (100%)
Total biaya
variabel =
Rp 250.000.000,- (50%)
Marginal income = Rp 250.000.000,- (50%)
Total biaya
tetap = Rp 150.000.000,- (30%)
Laba =
Rp 100.000.000,- (20%)
Untuk mencari BEP dalam unit sebagai berikut:
Rp 150.000.000,-
BEP (unit) =
---------------------------- = 60.000 uinit
Rp
5000,- -
Rp 2500,-
Kemudian mencari BEP dalam rupiah sebagai
berikut:
Rp
150.000.000,-
BEP (rupiah) =
--------------------------- = Rp 300.000.000,-
Rp 250.000.000,-
1
- ---------------------------
Rp 500.000.000,-
Cara lain dapat dilakukan untuk membuktikan
kedua hasil tersebut dengan:
BEP = Unit BEP x harga jual/ unit
BEP = 60.000 unit x Rp 5000 = Rp 300.000.000,-
2. Dengan table (coba-coba)
Di dalam table
ini untuk mencari di mana titik impasnya dapat dilakukan dengan coba-coba.
Artinya di mulai dengan angka terkecil sampai menemukan dimana titik impasnya.
Jumlah Unit Penjumlahan
|
Jumlah Rupiah Penjualan
|
Biaya Tetap
|
Biaya Variabel
|
Total Biaya
|
Laba (Rugi)
|
|
10.000
|
50.000.000
|
150.000.000
|
25.000.000
|
175.000.000
|
125.000.000
|
|
20.000
|
100.000.000
|
150.000.000
|
50.000.000
|
200.000.000
|
100.000.000
|
|
30.000
|
150.000.000
|
150.000.000
|
75.000.000
|
225.000.000
|
75.000.000
|
|
40.000
|
200.000.000
|
150.000.000
|
100.000.000
|
250.000.000
|
50.000.000
|
|
50.000
|
250.000.000
|
150.000.000
|
125.000.000
|
275.000.000
|
25.000.000
|
|
60.000
|
300.000.000
|
150.000.000
|
150.000.000
|
300.000.000
|
0
|
|
70.000
|
350.000.000
|
150.000.000
|
175.000.000
|
325.000.000
|
-25.000.000
|
|
80.000
|
400.000.000
|
150.000.000
|
200.000.000
|
350.000.000
|
-50.000.000
|
|
90.000
|
450.000.000
|
150.000.000
|
225.000.000
|
375.000.000
|
-75.000.000
|
|
100.000
|
500.000.000
|
150.000.000
|
250.000.000
|
400.000.000
|
-100.000.000
|
Artinya kita
mencoba memasukkan angka-angka yang kita inginkan sehingga akan terlihat batas
laba atau rugi untuk setiap penjualan.
3. Tingkat
Keamanan (Margin of Safety)
Tingkat
atau Margin of Safety (MoS) merupakan hubungan atau selisih antara penjualan
tertentu (sesuai anggaran) dengan penjualan pada titik impas. Batas aman
digunakan untuk mengetahui berapa besar penjualan yang dianggarkan untuk
mengantisipasi penurunan penjualan agar tidak mengalami kerugian.
Rumus
yang digunakan untuk mencari tingkat keamanan atau Margin of Safety (MoS)
adalah sebagai berikut:
1.
Penjualan MoS yang direncanakan
MoS= x 100%
2.
Penjualan MoS
MoS = x 100%
Dari data
sebelumnya MoS dapat dicari sebagai berikut:
MoS = x 100% = 166,66% dibulatkan (167%)
MoS = x 100% = 40%
Ini
berarti bahwa tingkat penjualan tidak boleh kurang atau turun 40% dari tingkat
penjualan yang direncanakan atau 167% dari tingkat penjualan titik impas yang
telah ditetapkan perusahaan. Jika MoS ditentukan berdasarkan hasil penjualan
dapat dicari sebagai berikut:
Pertama : 67% x Rp.
300.000.000,- = Rp. 201.000.000,-
Kedua : 40% x Rp.
500.000.000,- = Rp. 200.000.000,-
KESIMPULAN
Analisis titik impas adalah suatu keadaan
dimana perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak memperoleh pendapatan (laba)
dan tidak pula menderita kerugian. Artinya dalam kondisi ini jumlah pendapatan
yang diterima sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.
Analisis
titik impas dapat digunakan untuk :
1.
Desain produk
2.
Pembelian peralatan dana
3.
Analisis produksi
Kelemahan
analisis titik impas adalah :
1.
Membutuhkan banyak asumsi terbatas
2.
Bersifat statis
3.
Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir
4.
Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik
5.
Kurang mempertimbangkan risiko-risiko yang terjadi
selama masa penjualan
Asumsi
dan keterbatasan analisi titik impas adalah sebagai berikut :
1.
Biaya yang digunakan hanya dua macam, yaitu
memisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel
2.
Biaya tetap dianggap konstan sampai kapasitas
tertentu saja
3.
Biaya variabel berubah-ubah secara sebanding
(proporsional) dengan perubahan volume penjualan
4.
Hanya digunakan satu macam harga barang yang dijual
atau diproduksi
5.
Tidak ada perubahan harga jual.
DAFTAR
PUSTAKA
-
Kasmir, S.E., M.M, Pengantar Manajemen Keuangan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2013), Edisi Pertama, Cetakan ke-3.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar