Pengikut

Senin, 30 Maret 2015

Break Even Point



PEMBAHASAN
A.  Pengertian Analisis Titik Impas (Break Even Point/BEP)[1]
Dalam rangka memproduksi atau menghasilkan suatu produk, baik barang maupun jasa, perusahaan terkadang perlu terlebih dahulu merencanakan berapa besar laba yang ingin diperoleh. Artinya dalam hal ini besar laba merupakan prioritas yang harus dicapai perusahaan, di samping hal-hal lainnya. Agar perolehan lebih mudah ditentukan, salah satu caranya adalah perusahaan harus mengetahui terlebih dulu mengetahui berapa titik impasnya. Artinya perusahaan beroperasi pada jumlah produksi atau penjualan tertentu sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian.
Analisis titik impas atau analisis pulang pokok atau dikenal dengan nama analisi Break Even Point (BEP) merupakan salah satu analisis keuangan yang sangat penting dalam perencanaan keuangan perusahaan. Analisis titik impas sering disebut analisis perencanaan laba (profit planning). Analisis ini biasanya sering digunakan apabila perusahaan ingin mengeluarkan suatu poduk baru. Artinya dalam memproduksi produk baru tentu berkaitan dengan masalah biaya yang harus dikeluarkan, kemudian penentuan harga jual serta jumlah barang atau jasa yang akan diproduksi atau dijual ke konsumen.
Analisis BEP digunakan untuk mengetahui pada titik berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya. Atau perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak laba dan tidak rugi, atau laba sama dengan nol. Melalui titik BEP, kita akan dapat mengetahui bagaimana hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan (penjualan atau produksi). Oleh karena itu, analisis ini juga sering disebut dengan nama cost profit volume analysis.
Analisis BEP juga memberikan pedoman tentang berapa jumlah produk minimal, yang harus diproduksi atau dijual. Tujuannya adalah agar perusahaan mampu memperoleh keuntungan yang maksimal. Artinya dengan memproduksi sejumlah barang dengan kapasitas produksi yang dimilikinya, perusahaan akan tahu batas minimal yang harus dijual dan keuntungan maksimal yang diperoleh apabila diproduksi secara penuh.
Jumlah produk yang akan dijual akan berkaitan erat dengan biaya yang dikeluarkan. Pada akhirnya biaya-biaya ini menjadi penentu terhadap harga jual perusahaan. Besar kecilnya biaya sangat berpengaruh terhadap harga jual, demikian pula sebaliknya, oleh karena itu, salah satu kegunaan analisis titik impas adalah untuk menentukan biaya-biaya yang dikeluarkan dan jumlah produksi. Dengan demikian, akan dapat diketahui berapa jumlah yang layak untuk dijalankan.
Manfaat lain analisis titik impas adalah untuk membantu manajer mengambil keputusan dalam hal aliran kas, jumlah permintaan (produksi), dan penentuan harga suatu produk tertentu. Intinya, kegunaan analisis ini adalah untuk menetukan jumlah keuntungan pada berbagai tingkat penjualan.
B.   Tujuan Analisis Titik Impas / BEP[2]
     Penggunaan analisis titik impas bagi perusahaan memberikan banyak manfaat. Secara umum analisis titik impas digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan dalam perencanaan keuangan, penjualan dan produksi. Dari uraian di atas sebelumnya, jelas bahwa terdapat beberapa keuntungan bagi para manajer dalam mengambil keputusan apabila mengetahui hasil analisis titik impas. Misalnya dengan informasi tersebut, manajer mampu meminimalkan kerugian, memaksimalkan keuntungan dan memprediksi keuntungan yang diharapkan.
     Penggunaan analisis titik impas memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1.      Mendesain spesifikasi produk
2.      Menentukan harga jual persatuan
3.      Menentukan jumlah produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian
4.      Memaksimalkan jumlah produksi
5.      Merencanakan laba yang diinginkan, dan
6.      Tujuan lainnya.
     Dalam mendesain suatu produk diperlukan suatu pedoman yang memberi arah bagi manajemen untuk megambil keputusan yang berhubungan denga biaya dan harga. Analisis titik impas memberikan perbanfingan antara biaya dengan harga untuk berbagai desain sebelum spesifikasi produk diterapkan. Hal ini disebabkan biaya sangat besar pengaruhnya terhadap harga. Dengan analisis titik impas, kita dapat menguji terlebih dahulu kelayakan suatu produk.
     Penentuan harga jual per satuan penting agar harga jual yang dapat diterima pelanggan. Di samping pertimbangan biaya yang akan dikeluarkan, harga jual juga terkait dengan pihak pesaing yang memiliki produk yang sejenis. Jika penentuan harga jual yang tidak realistis, perusahaan tidak akan mampu menutupi semua atau sebagian biaya yang akan dikeluarkan. Demikian pula jika melebihi harga jual dari pesaing dan tidak diimbangi dengan kualitas dan pelayanan, perusahaan juga tidak akan mampu memaksimalkan penjualan seperti yang telah ditentukan.
     Maksud penentuan harga produksi atau penjualan minimal agar tidak mengalami kerugian adalah agar perusahaan mampu menentukan batas produksi dalam kondisi tidak rugi dan tidak laba dari kapasitas produksi yang dimilikinya. Dengan demikian, akan memudahkan perusahaan untuk mempertimbangkan apakah harga jual sudah layak jika dikaitkan dengan biaya yang dikeluarkan dan kapasitas produksi yang dimiliki.
     Arti memaksimalkan jumlah produksi adalah dengan analisis titik impas, kita akan mengetahui apakah jumlah produksi sudah maksimal atau belum. Tujuannya adalah agar jangan sampai ada kapasitas produksi yang menganggur. Kemudian perusahaan juga mampu menjaga agar berproduksi secara efisien.
     Arti menentukan perencanaan laba yang diinginkan adalah manajemen mampu merencanakan laba yang diinginkan dengan kapasitas produksi yang dimiliki tentunya. Besarnya laba dapat kita ukur dari batas minimal produk atau total rupiah yang diproduksi, kemudian mampu merencanakan atau menentukan jumlah keuntungan setiap unit produksi yang dijual.
     Disamping memiliki tujuan dan mampu memberikan manfaat yang cukup banya bagi pemimpin perusahaan, analisis BEP juga memiliki kelemahan. Kelemahan analisis BEP mau tidak mau pasti ada dan tidak dapat dihindari.
Berikut ini beberapa kelemahan dari analisis titik impas :
1.      Perlu asumsi
   Artinya analisis titik impas membutuhkan banyak asumsi, terutama mengenai hubungan antara biaya dengan pendapatan. Padahal terkadang asumsi yang digunakan sudah tidak sesuai dengan realita yang terjadi ke depan.

2.      Bersifat statis
   Artinya analisis ini hanya digunakan pada titik impas tertentu, bukan pada suatu periode tertentu.
3.      Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir
   Analisis BEP hanya baik digunakan jika ada penentuan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan.
4.      Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik
   Artinya jika aliran kas telah ditentukan melebihi aliran kas yang harus dikeluarkan, proyek dapat diterima dan hal-hal lainnya dianggap sama.
5.      Hubungan penjualan dan biaya
   Hubungan penjualan dan biaya adalah dalam hal biaya, jika penjualan dilakukan dalam kapasitas penuh tapi memerlukan tambahan penjualan, akan ada tambahan biaya tenaga kerja atau upah yang mengakibatkan naiknya biaya variabel dan jika diperlukan tambahan peralatan atau pabrik. Maka, biaya tetap juga akan meningkat.
6.      Kurang memperhatikan resiko-resiko yang terjadi selama masa penjualan
   Artinya selama masa penjualan begitu banyak resiko yang mungkin dihadapi, misalnya kenaikan harga bahan baku, yang akan berpengaruh terhadap harga jual dan pada akhirnya akan berpengaruh kepada jumlah penjualan secara keseluruhan, baik unit maupun rupiah.
7.      Pengukuran kemungkinan penjualan
   Artinya jika hendak membuat grafik pulang pokok yang didasarkan kepada harga penjualan yang konstan, untuk melihat kemungkinan laba pada berbagai tingkat harga harus dibuatkan semua seri grafik tiap tingkat harga.
     Namun, meskipun analisis titik impas mempunyai banyak kelemahan, manajemen masih dapat menggunakannya sebagai salah satu alat perencanaan keuangan, terutama perencanaan laba, produksi maupun perencanaan penjualan ke depan. Hanya saja bagaimana perusahaan dapat melihat kelemahan di atas sebagai bahan koreksi atau pertimbangan lain dalam menentukan kebijakannya.
C. Asumsi dan Keterbatasan Analisis Titik Impas[3]
            Asumsi dan beberapa keterbatasan analisis titik impas sebagai berikut:
1.      Penentuan biaya
Dalam analisis titi impas hanya digunakan dua macam biaya, yaitu: biaya tetap dan biaya variabel. Artinya, kita harus memisahkan dahulu komponen antara biaya tetap dan biaya variabel. Yaitu dengan mengelompokkan biaya tetap di satu sisi dan mengelompokkan biaya variabel di sisi lain.
Untuk memisahkan biaya ini dapat dilakukan melaui dua pendapatan sebagai berikut:
a.       Pendekatan analitis, yaitu kita harus meneliti setiap jenis dan unsur biaya yang terkandung satu per satu dari biaya yang ada, beserta sifat-sifat dari biaya tersebut.
b.      Pendekatan Historis. Yang harus dilakukan adalah dengan memisahkan biaya tetap dan variabel berdasarkan angka-angka dan data biaya masa lampau.
2.      Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami perubahan walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan. Contoh biaya tetap adalah, seperti gaji, penyusutan aktiva tetap, sewa atau biaya kantor dan biaya tetap lainnya.
3.      Biaya Variabel
Biaya variable merupakan biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Contoh biaya variable, biaya bahan baku, upah buruh langsung, dan komisi penjualan biaya variabel lainnya.
4.      Harga Jual
Harga jual maksudnya dalam analisis ini hanya digunakan unuk satu macam harga jual.
5.      Tidak ada perubahan harga jual
Artinya, diasumsikan harga jual persatuan tidak dapat berubah selama periode analisis.
D. Rumusan yang Digunakan[4]
            Dalam praktiknya dalam menentukan titik impas dapat digunakan beberapa rumusan.
Berikut ini beberapa model rumus yang dapat digunakan dalam analisis titik impas, yakni:
1.      Dengan Rumus Matematik
a.       Analisis titik impas dalam unit
    FC
BEP =-------
         P- VC
Di mana:
BEP      =          analisis titik impas (break even point)
FC        =           biaya tetap
VC        =          biaya variabel persatuan
P          =          harga jual persatuan
S          =          jumlah penualan
b.    Analisis titk impas dalam rupiah
             FC
BEP = -------
            P-VC
         1 - -----
Contoh Kasus:
PT Sumber Mulyo bergerak di bidang alat perkakas gergaji dan memiliki data sebagai berikut:
1.      Kapasitas produksi yang mampu dipakai adalah 100.000 unit mesin gergaji.
2.      Harga jual persatuan diperkirakan Rp 5000,-/unit.
3.      Total biaya tetap sebesar Rp 150.000.000,- dan total biaya variabel sebesar  Rp 250.000.000,-

Perincian masing-masing biaya adalah:
1.      Biaya tetap (vixed cost):
-          Overhead pabrik                                        Rp 60.000.000,-
-          Biaya distribusi                                          Rp 65.000.000,-
-          Biaya administrasi dan umum                    Rp 25.000.000,-
       Total biaya tetap                                             Rp 150.000.000,-
2.      Biaya Variabel (Variabel Cost):
-          Biaya bahan langsung                                Rp 70.000.000,-
-          Biaya tenaga kerja langsung                                   Rp 85.000.000,-
-          Overhead pabrik                                        Rp 20.000.000,-
-          Biaya distribusi                                          Rp 45.000.000,-
-          Biaya administrasi dan umum                    Rp 30.000.000,-
      Total biaya variabel                                         Rp 250.000.000,-
      Pertanyaan:
Anda diminta untuk mencari titik impas baik dalam unit maupun rupiah, dengan menggunakan rumus di atas.
      Jawab:
Kapasitas produksi 100.000 unit x Rp 5000,- = Rp 500.000.000,-
                                                150.000.000,-
Biaya tetap unit = -------------------------- = Rp 1500,-/unit
                                     100.000,-
                               
 250.000.000,-
Biaya variabel unit =-------------------------- = Rp 2500,-/unit
                                     100.000,-
Ringkasan budget laba rugi sbagai berikut:
Total penjualan 100.000 unit x Rp 5.000,-                    = Rp 500.000.000,- (100%)
Total biaya variabel                                                           = Rp 250.000.000,- (50%)
Marginal income                                                                 = Rp 250.000.000,- (50%)
Total biaya tetap                                                                 = Rp 150.000.000,- (30%)
Laba                                                                                      = Rp 100.000.000,- (20%)
Untuk mencari BEP dalam unit sebagai berikut:
                          Rp 150.000.000,-
BEP (unit) = ---------------------------- = 60.000 uinit
                Rp 5000,-  -  Rp 2500,-
Kemudian mencari BEP dalam rupiah sebagai berikut:
                                Rp 150.000.000,-
BEP (rupiah) = --------------------------- = Rp 300.000.000,-
                                Rp 250.000.000,-
     1 -  ---------------------------
Rp 500.000.000,-
Cara lain dapat dilakukan untuk membuktikan kedua hasil tersebut dengan:
BEP = Unit BEP x harga jual/ unit
BEP = 60.000 unit x Rp 5000 = Rp 300.000.000,-

2.  Dengan table (coba-coba)
            Di dalam table ini untuk mencari di mana titik impasnya dapat dilakukan dengan coba-coba. Artinya di mulai dengan angka terkecil sampai menemukan dimana titik impasnya.
Jumlah Unit Penjumlahan
Jumlah Rupiah Penjualan
Biaya Tetap
Biaya Variabel
Total Biaya
Laba (Rugi)


10.000
50.000.000
150.000.000
25.000.000
175.000.000
125.000.000

20.000
100.000.000
150.000.000
50.000.000
200.000.000
100.000.000

30.000
150.000.000
150.000.000
75.000.000
225.000.000
75.000.000

40.000
200.000.000
150.000.000
100.000.000
250.000.000
50.000.000

50.000
250.000.000
150.000.000
125.000.000
275.000.000
25.000.000

60.000
300.000.000
150.000.000
150.000.000
300.000.000
0

70.000
350.000.000
150.000.000
175.000.000
325.000.000
-25.000.000

80.000
400.000.000
150.000.000
200.000.000
350.000.000
-50.000.000

90.000
450.000.000
150.000.000
225.000.000
375.000.000
-75.000.000

100.000
500.000.000
150.000.000
250.000.000
400.000.000
-100.000.000


Artinya kita mencoba memasukkan angka-angka yang kita inginkan sehingga akan terlihat batas laba atau rugi untuk setiap penjualan.
3. Tingkat Keamanan (Margin of Safety)
            Tingkat atau Margin of Safety (MoS) merupakan hubungan atau selisih antara penjualan tertentu (sesuai anggaran) dengan penjualan pada titik impas. Batas aman digunakan untuk mengetahui berapa besar penjualan yang dianggarkan untuk mengantisipasi penurunan penjualan agar tidak mengalami kerugian.
            Rumus yang digunakan untuk mencari tingkat keamanan atau Margin of Safety (MoS) adalah sebagai berikut:
1.      Penjualan MoS yang direncanakan

MoS=   x 100%
2.      Penjualan MoS
MoS =  x 100%
Dari data sebelumnya MoS dapat dicari sebagai berikut:
MoS =  x 100% = 166,66% dibulatkan (167%)
                               MoS =  x 100% = 40%
     Ini berarti bahwa tingkat penjualan tidak boleh kurang atau turun 40% dari tingkat penjualan yang direncanakan atau 167% dari tingkat penjualan titik impas yang telah ditetapkan perusahaan. Jika MoS ditentukan berdasarkan hasil penjualan dapat dicari sebagai berikut:
Pertama            : 67%  x  Rp. 300.000.000,- = Rp. 201.000.000,-
Kedua              : 40%  x  Rp. 500.000.000,- = Rp. 200.000.000,-
























KESIMPULAN
     Analisis titik impas adalah suatu keadaan dimana perusahaan beroperasi dalam kondisi tidak memperoleh pendapatan (laba) dan tidak pula menderita kerugian. Artinya dalam kondisi ini jumlah pendapatan yang diterima sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan.
Analisis titik impas dapat digunakan untuk :
1.      Desain produk
2.      Pembelian peralatan dana
3.      Analisis produksi
Kelemahan analisis titik impas adalah :
1.      Membutuhkan banyak asumsi terbatas
2.      Bersifat statis
3.      Tidak digunakan untuk mengambil keputusan akhir
4.      Tidak menyediakan pengujian aliran kas yang baik
5.      Kurang mempertimbangkan risiko-risiko yang terjadi selama masa penjualan
Asumsi dan keterbatasan analisi titik impas adalah sebagai berikut :
1.      Biaya yang digunakan hanya dua macam, yaitu memisahkan antara biaya tetap dan biaya variabel
2.      Biaya tetap dianggap konstan sampai kapasitas tertentu saja
3.      Biaya variabel berubah-ubah secara sebanding (proporsional) dengan perubahan volume penjualan
4.      Hanya digunakan satu macam harga barang yang dijual atau diproduksi
5.      Tidak ada perubahan harga jual.





















DAFTAR PUSTAKA

-          Kasmir, S.E., M.M, Pengantar Manajemen Keuangan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), Edisi Pertama, Cetakan ke-3.



[1] Kasmir, Pengantar Manajemen Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan ke-3, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, Hlm 166-179.
[2] Ibid, Hlm. 167
[3] Ibid, Hlm. 170
[4] Ibid, Hlm. 172

Tidak ada komentar:

Posting Komentar